Simak ulasan tentang √ tempat wisata Rawa Bayu, √ sejarah Rawa Bayu dan √ Petilasan prabu Tawang Alun di Rawa Bayu Banyuwangi berikut.
Rawa Bayu Banyuwangi
Rawa Bayu adalah sebuah rawa yang berada di lereng Gunung Raung, Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasi Rawa Bayu berada di kawasan hutan lindung, maka tidak heran jika pemandangan dan pesona di sekitar rawa sangat tenang dan berhawa sejuk.
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke Rawa Bayu menggunakan angkutan umum, Anda dapat menggunakan jasa kereta api dan berhenti di stasiun Rogojampi. Dari stasiun Rogojampi Anda menggunakan jasa ojek yang dapat membawa Anda menuju Wana Wisata Rawa Bayu ini.
Namun bagi Anda yang ingin berkunjung ke Rawa Bayu menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa langsung menuju lokasi wana wisata Rawa Bayu yang mudah diakses jalannya.
Namun harus hati-hati, karena di lokasi ini masih sering terjadi kejadian-kejadian mistis berkenaan dengan letaknya yang berdekatan dengan lokasi petilasan prabu Tawang Alun.
Alamat Rawa Bayu : Desa Kentangan, Bayu, Songgon, Banyuwangi.
Setelah sampai ke lokasi wisata Rawa Bayu, Anda kan disambut pemandangn indah sebelum memasuki kawasan Wana Wisata.
Anda akan menikmati suasana jalan masuk yang dihiasi berbagai jenis bunga yang bermekaran. Bagi Anda yang menyukai bunga, musim bunga adalah saat yang paling tepat bagi anda untuk mengunjungi tempat ini.
Ketika Anda berkunjung pada waktu musim panen, Anda akan melihat seluruh masyarakat bersama-sama menjemur cengkeh dan kopi. Mereka sedang memanen hasil kebun hingga merasakan kenyamanan dan keramahan masyarakatnya yang sangat menyenangkan.
Pada musim tertentu, salah satu kegiatan yang sangat menarik adalah menikmati buah durian khas Songgon yang memiliki warna buah durian dan rasanya yang berbeda dari durian pada umumnya.
Wana wisata Rawa Bayu tidak hanya sekedar menampilkan pesona keindahan wisata alam saja, namun juga meninggalkan jejak sejarah yang besar bagi masyarakat Banyuwangi.
Ketika anda menyusuri Rawa Bayu tersebut, Anda akan menemukan tempat bertapanya Raja Blambangan Prabu Tawang Alun dan Candi Puncak Agung Macan Putih.
Sejarah Rawa Bayu Banyuwangi
Rawa Bayu Banyuwangi sebagai petilasan yang hening dan sakral bagi warga Banyuwangi. Pada tanggal 18 Desember 1771, di Rowo Bayu Banyuwangi terjadi pertempuran antara kerajaan Blambangan dengan Belanda.
Dengan kesaktian para adipati atau pati raja dan tekad rakyat Blambangan pada kala itu, perang antara kerajaan Blambangan dengan pasukan Belanda tidak dapat dielakkan.
Pertempuran yang sengit pun terjadi, hingga menewaskan ribuan tentara Belanda dan prajurit Blambangan. Pertembpuran dahsyat itu sampai menewaskan pimpinan kedua belah pihak yaitu pangeran Jagapati dan komandan VOC Van Schaar.
Pada hari itulah Banyuwangi terlahir dan menjadi cikal bakal Banyuwangi. Akhirnya tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi Banyuwangi.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat setempat mengadakan ritual-ritual seperti syukuran, istighosah disekitar tempat Rawa Bayu Banyuwangi.
Pada jaman dulu orang di daerah Cemoro Sampek Bayu, pada melakukan ritual dengan menyembelih kambing yang kemudian kepala dan kakinya dipotong untuk diceburkan kedalam Rawa Bayu tersebut.
Pernah terjadi kejadian, ada seorang anak yang mandi di Rowo Bayu Banyuwangi dan mengalami kecelakaan tenggelam hingga tewas. Teman teman korban yang tahu kejadian tersebut langsung menyelam dan akhirnya mayat korban ditemukan didalam lumpur.
Sosok yang menjaga Rawa Bayu Banyuwangi adalah seorang yang dinamakan nyai Resek. Wujud nyai Resek sendiri mempunyai wajah yang cantik dan bijaksana. Disekeliling nyai Resek selalu dijaga oleh prajurit-prajurit dan perempuan-perempuan cantik lainnya.
Baca juga: Keindahan Pulau Bawean di Gresik
Prabu Tawang Alun
Selain itu di Rawa Bayu Banyuwangi terdapat sebuah peninggalan kuno yang dinamakan petilasan atau pertapaannya prabu Tawang Alun.
Prabu Tawang Alun merupakan Raja yang tersohor dalam sejarah pembentukan Banyuwangi. Dalam memimpin Banyuwangi prabu Tawang Alun sanggup membuat Banyuwangi subur dan makmur. Tanpa kekurangan sandang maupun pangan dan rakyatnya hidup dengan rukun dan damai.
Berjalan dengan seiringnya waktu, adik dari prabu Tawang Alun yang bernama Wiro Broto mempunyai rasa iri kepada kakaknya. Akhirnya Wiro Broto bersekongkol dengan pati Gringsing.
Terjadilah peperangan dikerajaan Blambangan antara pasukan prabu Tawang Alun dan Wiro Broto.
Karena kekuatan dari pasukan prabu Tawang Alun sangat kuat, akhirnya Wiro Broto pun kalah dan tewas dalam peperangan tersebut.
Sang pati yang mendengar kematian Wiro Broto pun tak tinggal diam, dengan amarah yang sangat tinggi, pati Gringsing pun menyerang kerajaan dengan brutal. Akan tetapi kesaktian prabu Tawang Alun yang tak terkalahkan sejagat Banyuwangi kala itu membuat pati Gringsing kalah.
Kemenangan yang diperoleh prabu Tawang Alun tidak lantas membuatnya senang. Akan tetapi dia merasa sedih karena kehilangan adiknya.
Kesedihan yang berkepanjangan membuat prabu Tawang Alun pergi dari kerajaan dan memilih untuk menenangkan hati dan bertapa di kaki bukit gunung Raung. Tepatnya diatas batu petilasan prabu Tawang Alun.
Menurut legenda yang diceritakan turun temurun, saat prabu Tawang Alun bertapa ada seekor macan sakti yang menemaninya hingga akhir hayatnya.
Baca juga: Mojosemi Forest Park
Petilasan Prabu Tawang Alun di Rawa Bayu Banyuwangi
Pernah ada suatu kejadian ada orang minta nomer di dalam petilasan sang prabu yang membawa perewangan. Bukan nomor yang didapat malah kepalanya bocor.
Baca juga: Wisata Kawah Ijen Banywangi, Jawa Timur
Usut punya usut, perewangan yang dibawa oleh orang yang minta nomor bertengkar dengan makhluk halus yang ada di dalam petilasan. Akhirnya beliau terbanting di pelesteran petilasan.
Dan ada juga anak yang mengintip ke dalam petilasan, setelah mengintip anak itu merasakan ada 3 orang di dalam petilasan, kemudian anak itu dikasih nasi kuning lalu dibawanya nasi kuning itu pulang ke rumahnya.
Sebelum sampai di rumah, sang anak itupun pingsan. Orang tuanya yang panik akan kejadian tersebut lalu meminta kepada penjaga petilasan untuk disembuhkan. Dan akhirnya anak itu sadar kembali dan sehat seperti biasanya.
Ada cerita lain yang menyebutkan bahwa prabu Tawang Alun bertapa di pertapaan ini karena ingin mengikhlaskan tahktanya kepada adiknya. Jadi ayah dari prabu Tawang Alun ini mempunyai dua anak.
Menyadari dirinya yang sudah tua. Akhirnya takhta kerajaan diberikan kepada prabu Tawang Alun. akan tetapi sang adik iri dengan hal itu. Daripada terjadi perang antar saudara. Akhirnya prabu Tawang Alun mengalah dan menyerahkan takhtanya kepada sang adik.
Beliau lebih memilih untuk memenangkan diri di tempat pertapaan ini. 38 tahun prabu Tawang Alun bertapa disini dan berkelana ke alas Purwo. Tidak ada yang tau pasti kebenaran legenda ini.
Simak dan baca : Suku Osing Banyuwangi
Sendang Keramat Rawa Bayu
Baca juga: Indahnya Pantai Pulau Merah Banyuwangi
Disekitar lokasi petilasan Prabu Tawang Alun terdapat tiga sumber mata air yang mengalir menuju Rawa Bayu, yaitu Sumber Kaputren, Sumber Wigangga, dan Sumber Kamulyan.
Bagi umat agama Hindu, lokasi ini sangat disakralkan karena digunakan juga untuk bersemedi dan sembahyang. Dilengkapi juga dengan tempat bersuci seperti kamar mandi bagi wisatawan yang ingin melaksanakan sembahyang.
Sebelum memasuki petilasan prabu Tawang Alun pengunjung wajib membersihkan diri di mata air Kamulyan.
Karena air gunung yang turun langsung dari sumber mata air, pengunjung tidak boleh meminumnya dengan tangan. Takutnya air itu akan terkontaminasi kotoran dari tangan. Jadi harus minum secara langsung.
Selain petilasan prabu Tawang Alun, Rawa Bayu Banyuwangi juga terkenal mempunyai sendang yang berkhasiat. Sendang itu diyakini sebagai mata air penyembuh. Mata air keputren dipercaya sebagai tempat pemandian bidadari yang konon airnya dapat membuat awet muda.
Tapi yang paling angker dari sumber mata air ini adalah sumber dewi Gangga. Menurut cerita, banyak pengunjung yang kerasukan ketika berhenti di sumber dewi Gangga ini dan sangat sulit untuk mengendalikan pengunjung yang kerasukan.
Sebelum memasuki daerah sendang. Anda harus melewati pohon besar yang seakan menjadi penjaga di kawasan ini. Kerap kali orang yang lewat dengan niat yang tidak baik akan melihat sosok besar dengan rambut api.
Baca juga: Kampung Coklat Blitar
Candi Puncak Angklung Macan Putih
Tempat ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya leluhur yang menjaga wilayah Rawa Bayu Banyuwangi.
Disinilah tempat prabu Tawang Alun bertemu dengan sosok macan putih. Energi yang dipancarkan di tempat ini sangat positive karena disini tempat para leluhur berada. Dan di tempat ini terdapat gerbang ghaib yang menuju ke alas Purwo Banyuwangi.
Baca juga : Tempat Wisata di Banyuwangi
Demikian ulasan tentang keheningan dan wisata Rawa Bayu Banyuwangi yang sampa sekarang masih menyimpan misteri. Bagi warga sekitar Rawa Bayu masih dianggap sebagai tempat sakral dan penuh misteri. Perlu hati-hati dan menjaga etika ketika berkunjung ke Rawa Bayu Banyuwangi.
7 Ulasan untuk Rawa Bayu Banyuwangi, Jawa Timur
Dari aku kecil lagi sampai sekarang eksistensi pura ini tetap kukuh menjadikanya satu icon tersendiri bukti bahwa bineka tunggal eka itu terjalin dengan baikn. Lokasi wisata yang berada di kawasan Rawa bayu Banyuwangi ini sangat indah dengan pemandangan yang masih alami.
Pura yang memiliki suasana sejuk dan tenang karena dekat dengan danau yang indah. Walaupun tak terlalu terawat.
semoga kedamaian selalu menyertai kita semua
Tempatnya masih alami..sejuk namun kurang terawat dengan baik.
Bersih dan rapi. Pura dan Rowo-nya sangat pas buat wisata religi sekaligus wisata sejarah.
Wisata religi sejarah yang penuh mistis. Selain Puranya yang masih alami, juga bisa menikmati ketenangan Rawa Bayu yang sangat dipenuhi suasana sunyi dan mistis.
Wisata religius. Banyak peninggalan sejarah. Cocok untuk tempat edukasi anak.
Water Blaster Semarang
Umbul Ponggok Klaten
Tempat Wisata di Wonosobo
Umbul Sidomukti